SAVE OUR EARTH

mari menjaga bumi lebih baik lagi

Visitors

search disini

23 Januari 2009

Fakta # 1 : Mencairnya Es di Kutub Utara & Selatan


Fakta #1: Mencairnya es di kutub utara & selatan
Pemanasan Global berdampak
langsung pada terus mencairnya
es di daerah kutub utara dan kutub
selatan.Es di Greenland yang telah
mencair hampir mencapai 19 juta ton!
Dan volume es di Artik pada musim
panas 2007 hanya tinggal setengah
dari yang ada 4 tahun sebelumnya!
Mencairnya es saat ini berjalan
jauh lebih cepat dari model-model prediksi
yang pernah diciptakan oleh para
ilmuwan. Beberapa prediksi awal yang
pernah dibuat sebelumnya memperkirakan
bahwa seluruh es di kutub akan
lenyap pada tahun 2040 sampai 2100.
Tetapi data es tahunan yang tercatat
hingga tahun 2007 membuat mereka
berpikir ulang mengenai model prediksi
yang telah dibuat sebelumnya.
Para ilmuwan mengakui bahwa
ada faktor-faktor kunci yang tidak
mereka ikutkan dalam model prediksi
yang ada. Dengan menggunakan data
es terbaru, serta model prediksi yang
lebih akurat, Dr. H. J. Zwally, seorang
ahli iklim NASA membuat prediksi
baru yang sangat mencengangkan:
HAMPIR SEMUA ES DI
KUTUB UTARA AKAN LENYAP
PADA AKHIR MUSIM PANAS
2012!

20 Januari 2009

stop global warming


Apa itu Pemanasan Global

"Panas banget ya hari ini!” Seringkah Anda mendengar pernyataan tersebut terlontar dari orang-orang di sekitar Anda ataupun dari diri Anda sendiri? Anda tidak salah, data-data yang ada memang menunjukkan planet bumi terus mengalami peningkatan suhu yang mengkhawatirkan dari tahun ke tahun. Selain makin panasnya cuaca di sekitar kita, Anda tentu juga menyadari makin banyaknya bencana alam dan fenomena-fenomena alam yang cenderung semakin tidak terkendali belakangan ini. Mulai dari banjir, puting beliung, semburan gas, hingga curah hujan yang tidak menentu dari tahun ke tahun. Sadarilah bahwa semua ini adalah tanda-tanda alam yang menunjukkan bahwa planet kita tercinta ini sedang mengalami proses kerusakan yang menuju pada kehancuran! Hal ini terkait langsung dengan isu global yang belakangan ini makin marak dibicarakan oleh masyarakat dunia yaitu Global Warming (Pemanasan Global). Apakah pemanasan global itu? Secara singkat pemanasan global adalah peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi. Pertanyaannya adalah: mengapa suhu permukaan bumi bisa meningkat?

Penyebab Pemanasan Global

Penelitian yang telah dilakukan para ahli selama beberapa dekade terakhir ini menunjukkan bahwa ternyata makin panasnya planet bumi terkait langsung dengan gas-gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktifitas manusia. Khusus untuk mengawasi sebab dan dampak yang dihasilkan oleh pemanasan global, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) membentuk sebuah kelompok peneliti yang disebut dengan International Panel on Climate Change (IPCC). Setiap beberapa tahun sekali, ribuan ahli dan peneliti-peneliti terbaik dunia yang tergabung dalam IPCC mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan penemuan-penemuan terbaru yang berhubungan dengan pemanasan global, dan membuat kesimpulan dari laporan dan penemuan- penemuan baru yang berhasil dikumpulkan, kemudian membuat persetujuan untuk solusi dari masalah tersebut . Salah satu hal pertama yang mereka temukan adalah bahwa beberapa jenis gas rumah kaca bertanggung jawab langsung terhadap pemanasan yang kita alami, dan manusialah kontributor terbesar dari terciptanya gas-gas rumah kaca tersebut. Kebanyakan dari gas rumah kaca ini dihasilkan oleh peternakan, pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor, pabrik-pabrik modern, peternakan, serta pembangkit tenaga listrik.

Apa itu Gas Rumah Kaca?

Atmosfer bumi terdiri dari bermacam-macam gas dengan fungsi yang berbeda-beda. Kelompok gas yang menjaga suhu permukaan bumi agar tetap hangat dikenal dengan istilah “gas rumah kaca”. Disebut gas rumah kaca karena sistem kerja gas-gas tersebut di atmosfer bumi mirip dengan cara kerja rumah kaca yang berfungsi menahan panas matahari di dalamnya agar suhu di dalam rumah kaca tetap hangat, dengan begitu tanaman di dalamnya pun akan dapat tumbuh dengan baik karena memiliki panas matahari yang cukup. Planet kita pada dasarnya membutuhkan gas-gas tesebut untuk menjaga kehidupan di dalamnya. Tanpa keberadaan gas rumah kaca, bumi akan menjadi terlalu dingin untuk ditinggali karena tidak adanya lapisan yang mengisolasi panas matahari. Sebagai perbandingan, planet mars yang memiliki lapisan atmosfer tipis dan tidak memiliki efek rumah kaca memiliki temperatur rata-rata -32o Celcius.

Kontributor terbesar pemanasan global saat ini adalah Karbon Dioksida (CO2), metana (CH4) yang dihasilkan agrikultur dan peternakan (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari pupuk, dan gas-gas yang digunakan untuk kulkas dan pendingin ruangan (CFC). Rusaknya hutan-hutan yang seharusnya berfungsi sebagai penyimpan CO2 juga makin memperparah keadaan ini karena pohon-pohon yang mati akan melepaskan CO2 yang tersimpan di dalam jaringannya ke atmosfer. Setiap gas rumah kaca memiliki efek pemanasan global yang berbedabeda. Beberapa gas menghasilkan efek pemanasan lebih parah dari CO2. Sebagai contoh sebuah molekul metana menghasilkan efek pemanasan 23 kali dari molekul CO2. Molekul NO bahkan menghasilkan efek pemanasan sampai 300 kali dari molekul CO2. Gas-gas lain seperti chlorofluorocarbons (CFC) ada yang menghasilkan efek pemanasan hingga ribuan kali dari CO2. Tetapi untungnya pemakaian CFC telah dilarang di banyak negara karena CFC telah lama dituding sebagai penyebab rusaknya lapisan ozon.

19 Januari 2009

Pulau-pulau Rendah Kepri Lenyap Pada 2030

Batam (ANTARA News) - Pulau-pulau berketinggian di bawah 0,5 meter di atas permukaan laut yang terdapat di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) diperkirakan hilang dalam tahun 2030.

Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Batam, Herry Saroso, kepada ANTARA di Batam, Kamis, mengatakan berdasarkan laporan World Meteorologi Organization (WMO) peningkatan suhu bumi sejak 1866 mengakibatkan es di kutub mencair, sehingga tinggi permukaan air laut bertambah dan menutup sebagian daratan rendah.

"Pulau-pulau di Kepri yang ketinggiannya rendah diperkirakan hilang tahun 2030," tegas Herry.

Meski enggan menyebutkan nama-nama pulau yang mungkin hilang/tenggelam, Herry mengatakan kondisi pulau di Kepri lebih rawan ketimbang daerah lain.

"Karena isi pulau baik pasir maupun granit terus digali, sehingga daratannya menjadi sangat rendah," jelasnya.

Sementara itu, Kepala Stasiun BMG Yogyakarta, Jaya Murjaya, memperkirakan Indonesia akan kehilangan sekitar 2.000 pulau pada 2030, akibat kenaikan permukaan air laut.

"Pada 2030 permukaan air laut akan bertambah antara 8 sampai 29 centimeter dari permukaan air laut saat ini," jelasnya.

Ia mengatakan akumulasi gabungan pemanasan akibat selimut gas di atmosfer dan penipisan konsentrasi ozon telah memberi kontribusi pada kenaikan suhu di muka bumi.

"Hasil pantauan menunjukkan kenaikan suhu bumi didukung oleh kenaikan konsentrasi gas buang sebagai akibat kegiatan manusia," katanya.

Naiknya suhu bumi secara global ini juga membawa konsekuensi perubahan sistem peredaran udara mulai dari permukaan bumi hingga lapisan atmosfer.

"Karena itu, perubahan iklim telah menimbulkan indikasi iklim dan cuaca yang cenderung ekstrem," kata Jaya. (*) (www. antara.co.id)